8.2.09

Bulan oh Bulan......

"Diwajahmu kulihat bulan..." Ungkapan itu sekarang bisa membuat orang tersinggung, karena manusia bumi sekarang sudah tahu meski pun belum pernah berkunjung, kalau bulan itu ternyata bopeng-bopeng ... Bulan sejak dulu selalu jadi bahan inspirasi para seniman, penyair, penulis, musikus, ilmuwan, dan para seniman selama berabad-abad..
Shakespeare bahkan pernah mengumpamakan bulan sabit sebagai "busur perak yang baru dibengkokkan di langit... "
Shelley melukiskan bulan sebagai "gadis berwajah bulat, yang diliputi oleh api putih, yang disebut manusia bulan" .
Para musisi pun tak ketinggalan meciptakan berbagai syair dan lagu : "Blue Moon" , "Moonlight and Roses", Moon Over Miami", "Moon River", "By the Light of the Silvery Moon", "Harvest Moon", "Moonlight Bay", "Shine on the Moon", "Moonlight Sonata" karya Bethoven yang paling disukai.
Lain lagi dengan Seniman dari Jawa Barat tak ketinggalan dengan syair dan lagunya yang dikenal "Bubuy Bulan" . Yang menarik syair lagu dari Jawa Barat ini lebih seru imajinasinya tidak sekedar memuji keindahannya saja tapi ada sesuatu yang lebih menggugah selera akan kelezatannya bahwa bulan bisa dibayangkan menjadi suatu makanan yang sangat "maknyus", coba simak syairnya :
Bubuy.... bulan.... bubuy bulan.... sangrai bentang, panon poe disasate
(artinya : bubur bulan dan sangrai bintang.. matahari dibuat sate.... alaaahh...)

Begitulah manusia bumi memberikan gambaran tentang bulan. Namun dari peradaban Romawi kuno menyebut bulan dengan nama atau istilah yang semuanya merujuk ke statusnya sebagai perempuan : Diana (nama yang diberikan zaman Romawi kuno), Dewi Perburuan.
Bangsa Indian mengukur waktu menggunakan bulan, begitu juga kalender bulan digunakan oleh bangsa Arab yang kemudian menjadi patokan ilmiah dan digunakan oleh umat Nabi Muhammad untuk menentukan hilal, penentuan masuknya bulan Ramadhan. Di Indonesia sendiri kalender digunakan untuk kalender Islam, kalender Jawa, dan kalender Bali.

Mengapa harus Bulan?

Banyak spekulasi menyangkut kekuatan bulan. Misalnya kalau terjadi pasang surut akan dikaitkan karena gaya tarik bulan, terutama waktu bulan purnama. Hasil penelitian bahwa bulan juga secara langsung bisa mempengaruhi tingkah laku manusia, mau pun makhluk lain di bumi ini. Ini pun pernah tampak perubahan perilaku dari hewan primata (kera-kera di Bali) ketika terjadi bulan purnama di sana. Hewan akan tampak agresif.
Pakar hipnosis yakin bahwa bulan mampu membangkitkan potensi manusia, membayangkan bulan saja sudah akan merasa seolah bulan sedang menerangi dan memperluas aura manusia yang melihat atau membayangkan. Pakar hipnosis juga menemukan ada bulatan energi warna di bulan dan dapat secara sengaja diarahkan ke wilayah tertentu di aura dalam bentuk energi, misalnya hijau sebagai warna penyembuh, warna kuning sebagai warna pertumbuhan kognitis dimasukkan dalam bentuk terkonsentrasi ke wilayah aura paling atas, sementara warna merah jambu sebagai warna yang meremajakan yang meliputi seluruh tubuh jasmani.

Kalau Anda ingin mencoba merasakan kekuatan magis bulan inilah cara-caranya (menurut penulis buku ini Joe H. Slate, Ph.D seorang profesor asal Alabama USA adalah seorang psikolog dan pendiri International Parapsychology Research Foundation):
  • Lihatlah bulan purnama, kalau tidak tampak ada bulan, bayangkan tentang bulan di pikiran Anda sambil memejamkan kedua mata, fokuskan seluruh perhatian Anda, singkirkan pikiran dan khayalan lain, terus bayangkan seolah bulan tampak hidup.
  • Bayangkan bahwa bulan sebagai energi cerah yang memancar dan seluruh sistem aura anda sedang menyerapnya. Jika sasaran anda adalah menambahkan satu warna tertentu pada wilayah tertentu di aura, bayangkanlah bulan sedang mengenakan warna tesebut dan membawa warna itu baik sebagai berkas cahaya bulan atau sebagai bulatan warna ke aura anda, sambil menyuntik wilayah yang ditentukan itu dengan energi baru. Lalu bayangkanlah bulan sedang berubah menjadi warna tersebut dan menyebarkan warna itu sebagai energi cerah ke seluruh aura anda.
  • Lihatlah perubahan itu dengan melihat aura anda. Ungkapkan dengan sederhana : "aku telah sepenuhnya diberdayakan"
Jika anda sering melakukan itu, yakinlah anda masuk ke dalam peremajaan dan kebugaran tubuh berkat energi aura menyerap dari kekuatan bulan.... bubuy bulan.. bubuy bulan sangrai bentang, panonpoe.... panonpoe disasate..


3.2.09

Siapa Bilang Daya Beli Masyarakat Menurun?

Sambil menyeruput teh jahe merah yang katanya penuh dengan berbagai khasiat ; mulai dari menurunkan kolesterol, mencegah tekanan darah tinggi dan lain-lain... perhatian minumku agak terusik karena melihat tayangan di televisi, bahwa menurut para pengamat dan pembicara (orang yang suka bicara ..???) membahas masalah ekonomi, yang katanya daya beli masyarakat cenderung menurun... ah.. masa iya sih?

Aku coba mengingat-ingat aktivitas apa saja yang dilakukan masyarakat kini, terutama di era yang serba digital dan beranjak ke pola hidup dan gaya hidup masyarakat sekarang.
Seingatku, di daerah tempat pertama aku mencari nafkah di Jakarta, orang sering bilang kalau daerah tempat tinggalku itu terkenal dengan sebutan jin buang anak, saking sepi dan susah pula kalau pulang ke rumah agak malam sedikit saja..... nunggu omprengan (angkot) lama bahkan kadang sudah pada pulang, dan aku harus rela dibilang teman-teman kalau pacarku tiap malam ganti.... maklum karena ingin cepat tiba di rumah, aku naik ojek (dijamin yang kupegang cuma sadel bawahnya lo), jalannya kan renjul dan tidak ada lampu jalan, yang tampak malah kunang-kunang berkelap-kerlip. Tapi sekarang?
Jalannya masih renjul sih, dan bolong-bolong, yang beda jadi banyak poldur (polisi tidur). Cafe dan restoran sudah ada di kiri dan kanan jalan, swalayan, klinik, sekolah mulai dari Play Group s.d Universitas ada semua. Lantas kemana pasar tradisional? Apakah pasar rakyat ini masih ada?
Jawabnya masihlah, cuma yang belanja di sana kebanyakan yang mau kulakan lagi atau yang punya catering atau warung makanan atau memang yang hobi ke pasar becek.... orang yang belanja dan suka melakukan transaksi tawar menawar, so pasti suka ke pasar becek deh...
Coba kalau yang namanya hari Sabtu atau Minggu, swalayan-swalayan perang tarif dan perang diskon... (padahal harga dasarnya ya sudah dipatok, sebelum sesuatu barang didiskon, biasanya harga itu dinaikkan dulu, mana mau pengusaha rugi?).

Kembali ke persoalan tadi, menurut pengamatanku masyarakat ini sebetulnya daya belinya masih tinggi dan malah tambah nilai konsumtifnya. Masyarakat dengan penghasilan termasuk ekonomi lemah saja untuk membeli sayur atau ikan atau jajanan anak-anak, atau keperluan sehari-harinya saja mereka memilih pergi belanja ke mall atau swalayan, alasannya sambil mencari hiburan, tempatnya adem karena ada AC nya. Mereka pergi ke mall cukup dengan sepeda motor berpenumpang 4 orang (keluarga bahagia dengan 2 anak). Berapa uang yang telah dikeluarkan mereka setiap minggunya untuk rekreasi seperti itu? Dilihat dari segi penghasilan sepertinya mereka tidak cukup pantas bergaya hidup seperti itu, tapi di Jakarta bahkan di kota-kota lainnya pun berapa keluarga yang telah melakukan hal yang sama dengan keluarga tadi?
Begitu juga perubahan gaya hidup yang disesuaikan dengan gaya hidup di metropolitan. Di desa-desa; mereka kemana-mana selalu bawa telepon seluler, bagi mereka hidup seperti itu adalah suatu tuntutan, mereka ingin diperlakukan dan memperlakukan dirinya sama dengan orang-orang kota. Mereka juga tahu bergadgetria, seperti mp3 atau ipod bukan barang baru lagi. Di komplek tempat tinggalku hampir semua pembantu setia, supir, satpam, pengangkut sampah, penagih iuran, semua punya HP.... bahkan ada yang jadi langganan tetap di warnet untuk main game online.... memang hebat rakyat kita ini (???)
Jadi siapa bilang daya beli masyarakat kita turun? Menurutku bukan turun, hanya mengalihkan lokasi belanjanya dan barang yang dibeli cenderung ke barang-barang gadget, dan menurutku lagi gaya hidup ini sebenarnya nanti akan menuai masalah yang lebih parah dari sekedar jatuhnya saham Lehman Brother..... semoga saja pemerintah lebih waspada pada pergerakan IT yang akan berdampak pada manusia yang konsumtif tidak produktif.